Museum
Pancasila Sakti
Museum Pancasila Sakti
termasuk salah satu museum yang cukup tua usianya. Letaknya di jalan Pondok
Gede Raya daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Mueum Pancasila Sakti memamerkan
perihal kejadian kejadian sekitar keganasan G 30 S PKI. Diantaranya libang
tempat penimbungan tujuh pahlawan Revolusi dan rumah tempat penyiksaan para
pahlawan itu. Museum Pancasila Sakti terletak tidak jauh dari Taman Mini. Untuk
memudahkan pengunjung, banyak kendaraan kecil yang melewati rute tersebut.
Sejarah
Museum Pancasila Sakti Lubang Buaya
Dahulu
Museum Pancasila Sakti merupakan daerah kawasan penduduk yang terletak di
daerah Lubang Buaya. Yang dulunya terdapat empat belas rumah penduduk sekitar
dengan lingkungan yang masih sepi. Disalah satu rumah penduduk dan tempat
belajar sekolah rakyat (sekarang SD) tersebut yang dijadikan saksi mata tempat
penganiyaan dan penyiksaan ke tujuh Jendral yang dilakukan oleh PKI. Jendral
atau perwira itu terdiri dari Letjen. TNI A. Yani, Mayjen. TNI Suprapto, Meyjen
TNI M.T. Harjono, Mayjen TNI S. Parman, Brigjen TNI D.I Panjaitan, Brigjen TNI
Soetodjo Siswomiharjo dan Lettu Pierre Andries Tendean. Salah satu penduduk itu
sengaja dipinjam oleh PKI untuk melakukan aksinya dalam penganiyaan para
jendral itu dan sumur tua depan rumah tersebut dijadikan tempat penimbunan
jenazah ke tujuh jendral besar tersebut. Diketahuinya aksi PKI tersebut oleh
seorang polisi yang sedang berkeliling untuk patroli di daerah Lubang Buaya
itu, aksi PKI itu diketahuinya dengan melihat sendiri kejadian tersebut. Namun
polisi tersebut takut jika ia menolong ke tujuh jendral itu maka ia hanya
menyaksikan saja dan tidak berani menolong disebabkan ia takut dibunuh juga
oleh PKI tesebut. Dengan kesaksian polisi tersebut maka diketahuinya bahwa di sumur
tua itu terdapat jenazah ketujuh jendral besar tersebut dan fakta-fakta lainya
diketahui dari istri-istri dari para jendral besar tersebut.
Pada
sore hari pada tanggal 3 Oktober 1965 diperoleh petunjuk dari anggota POLRI
yang pernah ditawan oleh gerombolan G 30 S/PKI. Ia memberi tahu bahwa
perwira-perwira tesebut sudah dibunuh dan jenazahnya dikubur disekita tempat
pelatihan musuh. Ternyata jenazah dimasukkan ke dalam sumur tua, lalu ditimbun
dengan sampah kering, daun-daun singkong secara berselang seling. Pengangkatan
jenazah jendral tersebut dilaksanakn pada tanggal 4 Oktober 1965 oleh
anggota-anggota kesatuan intai para Amfibi (KIPAM) dari marinir (KKO-TNI-AL)
dan anggota RPKAD. Dalam pengangkatan jenazah itu, jenazah sudah dalam keadaan
rusak dan membusuk. Pengangkatan jenazah tersebut disaksikan olehMayor Jendral
TNI Soeharto.
Koleksi Museum Pancasila Sakti
Di
Museum Pancasila Sakti terdapat sumur tua tempat penimbunan mayat ketujuh
jendral besar dan rumah tempat penyiksaan para jendral besar yang dibunuh dan
dianiaya oleh PKI. Serta di Museum Penghianatan PKI ini terdapat banyak replika
tentang perjuangan dan penganiayaan yang dilakukan PKI terhadap tujuh jendral
besar tersebut. Juga terdapat barang-barang peninggalan dari ketujuh jendral
barang barang tersebut berupa baju dinas para jendral, baju yang dikenakan
jendral saat dianiaya dan dibunuh, perlengkapan senjata para jendral, mobil
dinas dan foto-foto para jendral besar.
Koleksi
yang ada di Museum Penghianatan PKI antar lain :
1. Di
ruang intro, terdapat tiga mozaik foto yang masing-masing yang menggambarkan
kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam pemberontakan Madiun, Penggalian
jenazah korban keganasan PKI dalam G 30 S/PKI 1965. Pengadilan gembong-gembong
G 30 S/PKI oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.
2. Terdapat
diorama-diorama yang menceritakan tentang pemerontakan PKI Madiun( 9 Maret
1946), Pemogokan Buruh Sarbupri di Dilenggu (23 Juni 1948), pemberontakan PKI
Madiun (18 Sepetember 1948), pembunuhan di Kawedanan Ngawen/Blora (20 September
1948), Pembebasan Gorang Gareng (28 september 1948), pembantaian di Dungus ( 1
Oktober 1948) Muso tertembak mati (31 Oktober 1948), pembunuhan massal di
Tirtomoyo (14 Oktober 1948), PENANGKAPAN Amir Syarifudin (29 November 1948),
serangan Gerombolan PKI di Markas PKI di Tanjung Priuk (6 Agustus 1951),
Peristiwa Tanjung Merowa (16 Maret 1953), lahirnya MKTBP PKI (14 Maret 1954).
D.N. Aidit di Adili (25 Februari 1955), Kampanye Budaya PKI (25 Maret 1963),
Rongrongan PKI terhadap ABRI (1964-1965), Peristiwa Kanigoro (13 Januari 1965)
No comments:
Post a Comment