Monday, 8 April 2013

Sejarah Asia Tenggara





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Asia Tenggara sebelum kehadiran negara-negara kolonial Eropa ditandai dengan pergulatan perebutan kekuasaan antarnegara yang ada di kawasan daratan maupun maritim Asia Tenggara. Di daratan Asia Tenggara, terdapat empat Negara terkemukan yang menjadi faktor politik internasional pada saat itu yaitu kerajaan Vietnam, Siam (Thailand), Khemer (Kamboja), dan Burma (Myanmar). Keempat negara inilah yang membentuk hubungan antar negara hingga kedatangan negara-negara kolonial Eropa.
Namun di masa sekarang timbulah pola berpikir membentuk organisasi regional yang mana berfungsi sebagai benteng dari pengaruh negara-negara penjajah atau negara adidaya. Ketika Komunis menyebarkan pengaruhnya, Amerika membendungnya dengan mendirikan SEATO di Asia Tenggara. Tetapi organisasi regional dibentuk pertama kali yaitu The Association of South East Asia (ASA) pada tahun 1961, anggotanya terdiri dari Malaysia, Philipina, Thailand. Politik konfrontasi yang dilancarkan Soekarno, bertujuan Soekarno memimpikan sebuah negara besar yang meliputi Indonesia, Irian Barat, dan Malaysia.
Setelah berakhirnya rezim Soekarno tahun 1966, hubungan terjalin baik pada masa Soeharto dengan negara-negara di Asia Tenggara. Tahun 1967 terbentuklah ASEAN dengan prakarsa lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Muangthai.

1.2 Tujuan
Makalah ini ditujukan selain sebagai tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara, tetapi juga agar mahasiswa sebagai kalangan intelektual pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengerti dan paham akan sejarah bagaimana awal mula terbentuknya ASEAN.

1.3 Metode Penulisan
            Metode penulisan yang akan dipakai pada pembuatan makalah ini, penulis menggunakan studi pustaka. Studi pustaka sendiri adalah dimana proses penulisan mencakup seluruh penjelasan materi dihimpun secara relevan yang mana semua materi didapat dari berbagai sumber.































BAB II
PEMBAHASAN


2.1 SEJARAH NEGARA ASIA TENGGARA

            Asia Tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah utara, Samudra Pasifik di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Samudra Hindia, Teluk Benggala, dan anak benua India di barat.
Asia Tenggara biasa dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan (ATD) dan Asia Tenggara Maritim (ATM).
·         Negara-negara yang termasuk ke dalam ATD adalah
1.       Kamboja
2.       Laos
3.       Myanmar
4.       Thailand
5.       Vietnam
·         Negara-negara yang termasuk ATM adalah
1.       Brunei
2.       Filipina
3.       Indonesia
4.       Malaysia
5.       Singapura
6.       Timor Leste

Secara geografis (dan juga secara historis) sebenarnya Taiwan dan pulau Hainan juga termasuk Asia Tenggara, sehingga diikutkan pula. Namun demikian, karena alasan politik Taiwan dan pulau Hainan lebih sering dimasukkan ke kawasanAsia TimurKepulauan Cocos dan Pulau Christmas, yang terletak di selatan Jawa, oleh beberapa pihak dimasukkan sebagai Asia Tenggara meskipun secara politik berada di bawah administrasi Australia. Sebaliknya, Pulau Papua dimasukkan sebagai Asia Tenggara secara politik meskipun secara geologi sudah tidak termasuk benua Asia.
2.1.1 Sejarah Penamaan
Nama untuk kawasan ini pertama kali dipakai pada abad ke-20. Sebelumnya Asia Tenggara dikenal dengan nama India Belakang (jika dibandingkan dengan anak benua India). Sub kawasan Asia Tenggara terdiri dari sebelas negara, beberapa di antaranya berada di daratan utama (mainland), yang juga dikenal sebagai Asia Tenggara Daratan (Indocina) dan sebagian lagi seluruhnya merupakan kepulauan (Asia Tenggara Maritim), yang dikenal dengan istilah beragam, seperti Kepulauan Selatan (Nan Yang, Cina dan Vietnam), Kepulauan Melayu (Malay Archipelago menurut A.R. Wallace), Malayunesia (Logan), Indonesia (Logan dan Adolf Bastian), Hindia Timur (Oost-Indie, Belanda), Malaysia, Insulinde (oleh orang Hindia Belanda di awal abad ke-20), atau Nusantara (oleh masyarakat Indonesia). Agak menarik bahwa Semenanjung Malaya biasanya dimasukkan dalam wilayah kepulauan meskipun masih tersambung denganbenua Asia.
2.1.2 Letak Geografis
Asia Tenggara terletak pada pertemuan lempeng-lempeng geologi, dengan aktivitas kegempaan (seismik) dan gunung berapi (vulkanik) yang tinggi. Sementara ATD relatif stabil dan merupakan daratan tua, ATM sangatlah dinamik karena di sana bertemu dua lempeng benua besar:  lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, ditambah dengan lempeng Filipina yang lebih kecil.
Tiga pulau besar di Indonesia: Sumatra, Jawa, dan Kalimantan baru terpisah dari benua Asia sekitar 10 ribu tahun yang lalu akibat naiknya muka air laut karena usainya Zaman Es terakhir. Pulau Papua secara geologi termasuk dalam benua Australia, yang juga terpisah karena peristiwa yang sama. Kedua lempeng besar itu bertemu pada busur cekungan yang memanjang ke selatan dari Teluk Benggala di barat Myanmar dan Thailand, terus menuju sisi barat Sumatra, lalu membelok ke timur membentuk Palung Jawa yang memanjang di selatan Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara. Akibatnya gempa bumi sering terjadi di daerah-daerah sekitarnya, seperti Gempa bumi Samudra Hindia 2004. Desakan lempeng Indo-Australia mengangkat permukaan pulau-pulau yang ada di dekatnya, sehingga terbentuklah deretan gunung berapi aktif. Pulau Jawa adalah pulau dengan cacah gunung berapi terbanyak di dunia. Gunung Kerinci adalah gunung berapi tertinggi di Asia Tenggara. Di sebelah timur Filipina terdapat pula Palung Mindanao dan Palung Mariana yang merupakan pertemuan antara lempeng Filipina dan lempeng Pasifik. Di Filipina juga terdapat aktivitas kegunungapian yang tinggi. Puncak tertinggi yang berada di Gunung Kinabalu (4.101 m; Kalimantan) dan Puncak Jaya di Pulau Papua, Indonesia (5.030 m). Terdapat beberapa klaim dan perebutan wilayah dan batas perairan di kawasan ini, yang melibatkan negara-negara di kawasan ini maupun yang melibatkan negara di luar Asia Tenggara (terutama Tiongkok dan Taiwan dalam kasus Kepulauan Spratly).

2.1.3 Sejarah

Dengan ditemukannya Homo floresiensis di Pulau Flores pada 2003 menandakan bahwa daerah kepulauan Asia Tenggara ini paling tidak telah ditinggali oleh manusia sejak 18.000 tahun lalu, dengan perkiraan terjauh sampai 94.000 tahun yang lalu. Sejarah Asia Tenggara sebelum zaman kerajaan tidak diketahui banyak. Beberapa kerajaan berawal di daratannya, yang sekarang Burma, Kamboja, dan Vietnam.
Kerajaan pertama yang berkembang di kepulauan Asia Tenggara adalah Sriwijaya. Dari sejak abad ke-5 ibu kota Sriwijaya, Palembang, merupakan pelabuhan utama antara India dan Cina. Dan kemudian diikuti oleh Majapahit, Sailendra, danMataram. Pedagang Muslim mulai memasuki daerah ini pada abad ke-12. Pasai merupakan kesultanan pertama.
Karena kondisi geografis yang berdekatan dengan India dan Cina, kawasan ini banyak terpengaruh oleh kebudayaan India dan China. Selat Malaka merupakan jalur perdagangan yang ramai sejak berabad-abad lalu dan masih bertahan hingga sekarang.

2.1.4 Ekonomi

Kebanyakan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara masih digolongkan kepada negara berkembang, hanya Singapura yang digolongkan ke dalam negara maju.
Ekonomi kawasan Asia Tenggara masih banyak tergantung pada hasil alam, dengan pengecualian Singapura. Dengan pembentukan kawasan perdagangan bebas Asia Tenggara oleh negara-negara ASEAN diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.

2.1.5 Agama

Agama yang dianut oleh penduduk Asia Tenggara sangat beragam dan tersebar di seluruh wilayah. Agama Buddha menjadi mayoritas di Thailand, Myanmar, dan laos serta Vietnam dan Kamboja.
Agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk di Indonesia, Malaysia, dan Brunei dengan Indonesia menjadi negara dengan penganut Islam terbanyak di dunia. Agama Kristen menjadi mayoritas di Filipina. Di Singapura, agama dengan pemeluk terbanyak adalah agama yang dianut oleh orang Tionghoa seperti Buddha, Taoisme, dan Konfusianisme.
Walau begitu, di beberapa daerah, ada kantong-kantong pemeluk agama yang bukan mayoritas seperti Hindu di Bali dan Kristen di Maluku dan Papua atau Islam di Thailand dan Filipina bagian selatan.

2.1.6 Lingkungan

Beraneka ragam hewan hidup di Asia Tenggara; di pulau Kalimantan, dapat ditemukan orangutan, Gajah Asia, Badak Sumatra dan Macan Dahan (Neofelis nebulosa diardi). Binturong dapat ditemukan di pulau Palawan.
Kerbau, baik yang dipelihara maupun yang liar, tersebar di sepanjang Asia Tenggara, sedangkan kancil dapat ditemukan di Sumatra dan Kalimantan. Kancil sendiri merupakan hewan yang sering muncul dalam cerita-cerita rakyat di Indonesia dan banyak dikenal anak-anak.
Burung-burung yang cantik seperti burung merak dan srigunting (drongo) hidup di subkawasan Asia ini hingga sejauh sebelah timur Indonesia. Babirusa (babi dengan empat gading),anoa, dan komodo juga terdapat di Indonesia. Burung Enggang banyak dicari untuk paruhnya dan diperdagangkan ke Tiongkok. Tanduk badak juga turut diperdagangkan.
Kepulauan Indonesia dipisahkan Garis Wallace. Garis ini berada di sepanjang sebuah perbatasan lempeng tektonik, dan memisahkan spesies Asia (Barat) dari spesies Australasia (Timur). Pulau-pulau antara Jawa/Kalimantan dan Papua yang membentuk kawasan campuran di mana kedua spesies ada dinamakan Wallacea.
Perairan dangkal di terumbu karang (coral reef) di Asia Tenggara mempunyai tingkat biodiversitas tertinggi untuk ekosistem laut di dunia, di mana ikan-ikan dan moluska banyak dijumpai. Ikan hiu paus (rhincodon typus) juga hidup di Laut China Selatan.
Pepohonan dan tanaman lainnya di kawasan ini adalah tumbuhan tropis; di beberapa negara di mana terdapat gunung-gunung yang cukup tinggi, tanaman bersuhu menengah dapat ditemukan. Wilayah-wilayah hutan hujan (rainforest) ini saat ini banyak mengalami penebangan liar, khususnya di Kalimantan.
Meskipun Asia Tenggara kaya akan flora dan fauna, kawasan ini menghadapi penebangan hutan yang berat, sehingga mengakibatkan hilangnya habitat berbagai spesies terancam seperti orangutan dan Macan Sumatra. Pada saat yang sama, kabut asap juga merupakan peristiwa yang lazim. Kabut asap terburuk yang pernah terjadi berlangsung pada tahun 1998 di mana beberapa negara diselimuti kabut yang tebal. Menghadapi masalah ini, beberapa negara di Asia Tenggara menandatangani Persetujuan ASEAN mengenai Polusi Kabut Asap Transperbatasan (ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution) untuk melawan polusi yang diakibatkan kabut asap.

2.2 LATAR BERLAKANG TERBENTUKNYA ASEAN


ASEAN adalah singkatan dari “Association of South East Asia Nations”, yang berarti perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. ASEAN merupakan organisasi regional yang dibentuk oleh pemerintah lima negara dikawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singpura dan Thailand dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau deklarasi Bangkok oleh kelima Menteri Luar Negeri negara-negara tersebut pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, ibukota Thailand. Di tengah situasi regional dan internasional yang sedang berubah. Secara geopolitik dan geoekonomi, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai yang sangat strategis. Hal tersebut tercermin dari adanya berbagai konflik di kawasan yang melibatkan kepentingan negara-negara besar pasca Perang Dunia II, sehingga Asia Tenggara pernah dijuluki sebagai “Balkan-nya Asia”. Persaingan antar negara adidaya dan kekuatan besar lainnya di kawasan antara lain terlihat dari terjadinya Perang Vietnam.


Disamping itu, konflik kepentingan juga pernah terjadi diantara sesama negara-negara Asia Tenggara seperti konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, klaim territorial antara Malaysia dan Filipina mengenai Sabah, serta berpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia.Pembentukan ASEAN sebagai organisasi regional berasumsi atas kesadaran para pemimpin negara akan pentingnya sebuah kerja sama untuk menciptakan perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran. Selain itu juga mempunyai beberapa persamaan yaitu persamaan kepentingan, permasalahan yang dihadapi, pentingnya kerjasama dan solidaritas negara di Asia Tenggara.
Upaya pembentukan organisasi kerjasama kawasan telah membuahkan hasil dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand. Deklarasi tersebut menandai berdirinya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations/ASEAN). Masa awal pendirian ASEAN lebih diwarnai oleh upaya-upaya membangun rasa saling percaya (confidence building) antar negara anggota guna mengembangkan kerjasama regional yang bersifat kooperatif namun belum bersifat integratif.

Tujuan ASEAN terdapat dalam Bangkok Charter yaitu :

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah- masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi
4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi
5. Bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional, memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka
6. Memajukan meningkatkan pengkajian mengenai Asia Tenggara
7. Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional

Ada beberapa norma dasar yang tumbuh dalam proses evolusi ASEAN selaku organisasi regional antara lai yaitu menentang penggunaan kekerasan dan mengutamakan solusi damai.Berakhirnya konfrontasi dan keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan ASEAN merupakan blessing in disguise bagi pembentukan norma hubungan antarnegara yang menentang penggunaan kekerasan. Walaupun konfrontasi menciptakan ketegangan yang luar biasa, keputusn Soeharto untuk menghentikan konfrontasi melegakan negara-negara tetangga dan memuluskan jalan menuju pembentukan organisasi regional yang mementang prinsip penggunaan kekerasan dalam hubungan dengan sesama anggota. Di samping itu, pembentukan ASEAN pada hakikatnya membuka jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengaruh tanpa harus menggunakan kekerasan.
Persoalan awal yang mengiringi pertumbuhan ASEAN adalah fraksi diplomatik antara Malaysia dan Philipina. Kasus Sabah menjadi penyebab terputusnya hubungan diplomatik kedua Negara walaupun hanya sementara. Malaysia mengancam mundur yang sudah tentu mengancam kelangsungan hidup ASEAN yang baru berumur enam bulan. Melalui pertemuan di Jakarta dan Bangkok Desember 1968 akhirnya sepakat menghimbau kedua negara untuk tidak lagi menyuarakan perbedaan pendapat mereka secara terbuka untuk menurunkan ketegangan hubungan politik kedua Negara.
Sejak bulan Maret tahun 1969 pihak Philipina telah menyatakan kesediaan untuk tidak lagi membicarakan isu Sabah dalam pertemuan ASEAN berikutnya. Kemudian Mei 1969 kedua Negara akhirnya bertemu. Harapan ini terwujud pada bulan Desember 1969, kedua Negara sepakat untuk membuka kembali hubungan diplomatik yang terputus sejak 1968. Cara ASEAN menyelesaikan konflik Sabah sangat unik karena mereka lebih banyak melakukan upaya diplomasi, tekanan, dan pencegahan sedemikian rupa sehingga di kemudian hari rangkaian kegiatan ini dikenal sebagai ASEAN Way, yaitu kebiasaan ASEAN dalam menyelesaikan persoalan.

2.3 Struktur Organisasi ASEAN
Struktrur Organisasi ASEAN terdapat pada Deklarasi Bangkok bahwa Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM); Sidang Panitia Tetap ASEAN (ASEAN Standing Committee/ASC) yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri negara yang menjadi Ketua ASC beranggotakan para Duta Besar negara anggota ASEAN yang ditempatkan di negara yang menjadi Ketua ASC; Komite-komite permanen dan komite-komite ad-hoc; dan Sekretariat Nasional di masing-masing negara anggota ASEAN.
Pada saat ini, struktur tersebut telah dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan kerjasama, dan telah mengalami beberapa perubahan, meliputi :
1. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT ASEAN)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN adalah pertemuan para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN yang mempunyai otoritas atau kekuasaan tertinggi di dalam ASEAN. KTT berfungsi sebagai penentu arah bagi kegiatan kerjasama ASEAN. Ada dua jenis KTT yang diselenggarakan oleh ASEAN, yaitu KTT formal dan informal. KTT ASEAN diselenggarakan sejak pertama kali beridiri telah menyelenggarakan KTT sebanyak 12 KTT, KTT ASEAN terakhir di Cebu Filiphina 12-13 Januari 2007.
2. Sidang Para Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM)
Latar belakang Keputusan para Kepala Negara/Pemerintahan dalam KTT diimplementasikan melalui AMM. AMM mempunyai peran dan tanggung jawab untuk merumuskan garis kebijakan dan koordinasi kegiatan-kegiatan ASEAN yang telah diputuskan dalam KTT. Dalam situasi khusus, para Menteri Luar Negeri dapat mengadakan pertemuan lebih dari sekali dalam setahun. Pada KTT ke-3 ASEAN disetujui bahwa AMM dapat melibatkan menteri-menteri lainnya jika diperlukan.
3. Sidang Para Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministerial Meeting/AEM)
AEM merupakan badan tertinggi dalam menentukan kebijakan kerjasama ekonomi ASEAN. AEM diadakan sekali dalam setahun selain AEM Retreat dan Preparatory AEM menjelang KTT. AEM 16 mulai dilembagakan sejak KTT ke-2 ASEAN. Pada KTT ke-4 ASEAN dibentuk Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA) untuk mengawasi, melaksanakan koordinasi dan memberikan penilaian terhadap pelaksanaan Skema Tarif Preferensi Efektif Bersama (Common Effective Preferential Tariff/CEPT) menuju Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN. Hasil AMM dan AEM disampaikan kepada KTT.
4. Sidang Menteri Sektoral ASEAN Pertemuan Menteri Sektoral ini pada umumnya membahas:
1.Pertemuan menteri terkait dengan pilar Komunitas Keamanan
2.Pertemuan menteri terkait dengan pilar Komunitas Ekonomi ASEAN
3.Pertemuan menteri terkait dengan pilar Komunitas Sosial Budaya ASEAN
4.Pertemuan para Menteri terkait dengan Kebudayaan dan Kesenian ASEAN (ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts/AMCA)
6. Pertemuan para Menteri terkait dengan Penanggulangan Bencana ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management/AMMDM). AMMDM didirikan pada tahun 2004 dan mengadakan pertemuan bila diperlukan
7. Pertemuan tahunan para Menteri Ilmu Pengetahuan danTekonologi ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on Science and Technology/AMMST). AMMST didirikan pada tahun 1980 dan mengadakan pertemuan setiap tahun.
8. Pertemuan para Menteri Lingkungan Hidup ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on the Environment/AMME).
9. Pertemuan para Menteri ASEAN terkait dengan Penanganan Asap (ASEAN Ministerial Meeting on Haze/AMMH).
10. Pertemuan para Menteri Kesehatan ASEAN (ASEAN Health Ministers Meeting/ AHMM)
11. Pertemuan para Menteri ASEAN terkait dengan Informasi ASEAN Ministers Responsible for Information/AMRI). AMRI didirikan pada tahun 1989 dan mengadakan pertemuan sekali setiap 18 bulan;
12. Pertemuan para Menteri Ketenagakerjaan ASEAN (ASEAN Labour Ministers Meeting/ALMM). ALMM didirikan pada tahun 1975 dan mengadakan pertemuan sekali setiap 2 tahun setelah tahun 2004 Pertemuan para Menteri ASEAN terkait dengan Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial (ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare and Development/AMMSWD). AMMSWD didirikan pada tahun 1979 dan mengadakan pertemuan sekali setiap 3 tahun.
13. Pertemuan para Menteri ASEAN terkait dengan Pembangunan Pedesaan dan Pengentasan Kemiskinan (ASEAN Ministers Meeting on Rural Development and Poverty Eradication/AMRDPE).
14. Pertemuan para Menteri Kepemudaan ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on Youth/AMMY). AMMY didirikan pada tahun 1992 dan mengadakan pertemuan sekali setiap 3 tahun.

2.4 KERJASAMA ASEAN DENGAN NEGERA/ORGANISASI NON ASEAN
Ø  ASEAN dengan Australia
Australia menjadi Mitra Wicara penuh ASEAN pada tahun 1974, yang ditandai dengan pembentukan ASEAN-Australia Consultative Meetings (AACM). Mekanisme dalam hubungan dialog ASEAN-Australia dilakukan pada berbagai tingkatan yaitu ASEAN Regional Forum (ARF), Post Ministerial Conference (PMC) 10+1, Informal Consultations between AEM and Ministers from the CER Countries, ASEAN-Australia Forum, ASEAN-Australia Joint Planning Committee (JPC), Project Coordination Committees (PCCs), ASEAN-Canberra Committee, dan berbagai kelompok kerja (dalam bidang perdagangan dan investasi, telekomunikasi, pendidikan dan pelatihan, industri dan teknologi, lingkungan hidup serta budaya dan informasi).
Di bidang kerjasama politik dan keamanan, capaian penting kerjasama ASEAN-Australia adalah aksesi Australia ke dalam TAC pada tahun 2005. Dalam kaitan dengan masalah kejahatan transnasional, telah diadakan dua kali pertemuan regional tingkat menteri mengenai People Smuggling, Trafficking in Persons and Related Transnational Crime di Bali pada bulan Pebruari 2002 dan April 2003. Di bidang memerangi terorisme, Australia pun telah menandatangani ASEAN-Australia Joint Declaration on Counter Terrorism pada pertemuan AMM/PMC/ARF ke-37, Juli 2004 di Jakarta.
Selanjutnya berbagai hasil konkret telah dicapai antara lain kemajuan dalam model hukum untuk orang-orang yang melakukan penyelundupan dan perdagangan manusia, semakin eratnya kerjasama badan-badan hukum, dan kerjasama dalam mekanisme fasilitasi pertukaran informasi.
Saat ini ASEAN-Australia telah berhasil menyusun draft Joint Declaration on ASEAN-Australia Comprehensive Partnership yang akan ditandatangani tahun 2007. Konsep deklarasi ini merupakan payung bagi berbagai program kerjasama yang akan dimasukkan ke dalam Plan of Action (PoA). Indonesia berhasil memasukkan beberapa isu mengemuka untuk dituangkan dalam konsep PoA tersebut yaitu isu korupsi, money laundering, disaster management dan kerjasama penanggulangan
terorisme.
Di bidang ekonomi dan pembangungan, para Menteri Ekonomi ASEAN telah membahas kemungkinan untuk menggabungkan ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan Australia New Zealand Closer Economic Relations (CER).
Pada Commemorative Summit bulan Nopember 2004, telah disepakati agar perundingan pembentukan kawasan perdagangan bebas (AFTA-CER FTA) akan dimulai awal 2005, dan diharapkan selesai dalam dua tahun. FTA kemudian akan diimplementasikan secara penuh dalam jangka waktu 10 tahun. Diharapkan pengaitan AFTA-CER tersebut dapat memberikan manfaat yang nyata bagi sektor swasta dan pelaku bisnis serta menjadi “building blocks” bagi fasilitasi perdagangan antara ASEAN dan Australia.
Kerjasama pembangunan ASEAN-Australia tertuang dalam MoU ASEAN-Australia Development Cooperation Programme (AADCP) pada tanggal 1 Agustus 2002. Sasaran utama AADCP adalah untuk memberikan manfaat bagi negara-negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam) dalam kerangka Initiative for ASEAN Integration (IAI) untuk mempersempit jurang perbedaan dan proses percepatan integrasi CLMV. AADCP juga mencakup kerjasama ekonomi dan sosial, capacity building, kerjasama Iptek dan lingkungan.
Ø  ASEAN UNI EROPA
Hubungan kerjasama ASEAN-Uni Eropa (UE) dirintis pada 1972 ketika ASEAN membentuk Special Coordinating Committee ofASEAN Nations (SCCAN). Tujuannya adalah untuk mengadakan dialog dengan pihak Masyarakat Eropa (ME). ASEAN Brussels Committee (ABC) yang beranggotakan para Duta Besar negara-negara ASEAN di Brussels, berfungsi melaksanakan konsultasikonsultasi antara kedua pihak. Selanjutnya ASEAN-EU membentuk Joint Cooperation Committee (JCC). Komite ini mengadakan pertemuan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dan membaha serta mengawasi pelaksanaan kerjasama di bidang ekonomi dan pembangunan serta sosial budaya.
Pada tanggal 9 Juli 2003, UE telah mengesahkan European Commission (EC)’s Communication: A New Partnership with Southeast Asia yang menjadi landasan EU untuk meningkatkan kerjasama dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk dengan ASEAN. Komunikasi tersebut berisikan strategi komprehensif UE dalam mengembangkan kerjasama dengan ASEAN pada masa-masa yang akan datang.

Komunikasi tersebut memfokuskan enam prioritas strategi yaitu:
a. Supporting regional stability and the fight against terrorism;
b. Human Rights, democratic principles and good governance;
c. Mainstreaming Justice and Home Affairs issue;
d. Injecting a new dynamism into regional trade and investment
1. relations;
e. Continuing to support the development of less prosperous
2. countries; dan
f. Intensifying dialogue and co-operation in specific policy areas.

Komunikasi EC juga mendorong dibentuknya kerjasama yang terkait dengan perdagangan melalui Trans-Regional EU-ASEAN Trade Initiative (TREATI) dan mekanisme kerjasama pembangunan yaitu Regional EU-ASEAN Dialogue Instrument (READI).
Untuk membantu pencapaian integrasi ekonomi ASEAN, UE secara berkelanjutan melaksanakan ASEAN Project for Regional Integration Support (APRIS). APRIS bertujuan meningkatkan iklim investasi dan perdagangan di ASEAN melalui liberalisasi ekonomi, fasilitasi perdagangan, jasa, stabilitas sektor keuangan, prosedur kepabeanan, promosi investasi, jaminan sosial, energi dan lingkungan hidup.
Pada tahun 2006, Indonesia telah menyelesaikan tugasnya sebagai Negara koordinator untuk ASEAN-Uni Eropa untuk periode 2003-2006. Selanjutnya Kamboja akan menjadi Negara koordinator untuk periode 2006-2009. Salah satu perkembangan yang telah tercapai selama tahun 2006 adalah pertemuan Final Evaluation Mission for ASEAN-EU Programme for Regional Integration Support (APRIS ) I for the Period of 2003-2006 yang telah memberikankontribusi dalam merumuskan ASEAN Demand Driven Needs. EU juga telah menyatakan dukungan pada terwujudnya ASEAN Single Window sebagai bentuk harmonisasi bea cukai dalam proses integrasi ASEAN.
Dalam bidang politik dan keamanan, telah disepakati Joint Co- Chairmen’s Statement dan Joint Declaration on Cooperation to Combat Terrorism pada tanggal 27-28 Januari 2003. Tujuan utama dari kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kerjasama regional di kawasan ASEAN dan mendukung peningkatan capacity building dalam kerangka ASEAN untuk memerangi aksi terorisme.
Sebagai implementasi, dalam Regional Indicative Programme (RIP) 2005-2006 yang diusulkan oleh UE, terdapat anggaran dana sebesar 4-6 juta Euro bagi program Fight Against Terrorism yang terbagi dalam program pelatihan kewaspadaan (awareness training) dan pengamanan dokumen (Regional Project on document security) untuk jangka waktu 3 tahun mulai tahun 2006.
Selain itu, ASEAN dan EU juga telah merampungkan program ASEAN-EU Cooperation Programme on Border Management and Document Security, sebagai salah satu implementasi kesepakatan pada forum READI dan hasil pertemuan ASEAN-EU Senior Officials’ Meeting tahun 2006.
Ø  ASEAN UNDP
Hubungan ASEAN dengan United Nations Development Programme (UNDP) telah dimulai hampir sejak dibentuknya ASEAN pada tahun 1967. Namun demikian hubungan keduanya baru terasa sejak awal dasa warsa 70-an, ketika UNDP mensponsori suatu kegiatan pendidikan selama dua tahun dan melibatkan sebanyak 41 tenaga ahli internasional untuk membantu inisiatif pertama ASEAN dalam kerjasama ekonomi. Inisiatif ini pada tahun 1972 menghasilkan dasar-dasar kerjasama ASEAN dalam bidang pengembangan industri, pertanian dan kehutanan, transportasi, keuangan, moneter dan jasa-jasa asuransi.
Pada tahun 1977 UNDP resmi menjadi Mitra Wicara ASEAN dan merupakan satu-satunya badan multilateral yang mendapat status sebagai Mitra Wicara. Hubungan ASEAN dengan UNDP semakin dekat dengan diluncurkannya Program Sub-Regional ASEAN-UNDP pada tahun 1990 yang bertujuan untuk membantu ASEAN menyusun langkah-langkah dalam mengadakan kerjasama regional. Mekanisme dialog disesuaikan dengan kerangka kerja regional atau inter-country missions dari UNDP untuk kawasan ASEAN.
UNDP sebagai mitra ASEAN yang tertua banyak memberikan bantuan kepada ASEAN, khususnya penyaluran dana melalui Partnership Facility. Bantuan UNDP pada umumnya ditujukan untuk mendorong ASEAN dalam upaya menciptakan integrasi ekonomi regional dalam bentuk studi penelitian maupun program-program pembangunan.















2.5. PERKEMBANGAN ASEAN

2.5.1 Dekade Awal ASEAN
Banyak terjadi kesalahpahaman atas ASEAN karena keambiguan deklarasinya. Awalnya banyak yang mengira bahwa ASEAN bertujuan untuk kerjasama keamanan politik, namun nyatanya ASEAN dibentuk sebagai wadah kerja sama bidang Sosial, ekonomi, dan budaya regional. Selain itu banyak analis yang mengira ASEAN adalah bentukan atau sekutu komunitas eropa, namun setelah mempelajari piagam persetujuannya, barulah mereka menyadari bahwa ASEAN adalah badan murni regional.
Metode ASEAN dan tujuannya secara eksplisit sangat banyak yaitu, pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan budaya, dll. Namun ASEAN tetap membahas secara minoritas masalah keamanan regional. Dengan pengalaman-pengalaman masalah keamanan, para pemimpin menyadari bahwa masalah seperti konfrontasi, separatisme, dan masalah perbatasan membuat penting dibentuknya kerjasama yang baik antar negara tetangga. Point yang untuk dibuat adalah sense dari identitas sentral gabungan untuk pembangunan komunitas keamanan yang tidak berasal dari interdependensi atau interaksi ekonomi yang intensif.
Kesuksesan kerjasama ekonomi selama dekade pertama berdirinya ASEAN lebih karena prestasi kerjasama politik dan keamanan. Disinilah kesadaran regional atau solidaritas antar negara-negara ASEAN terbentuk. Seperti yang sudah disebutkan diawal, sesungguhnya semua ASEAN-5 menghadapi ancaman dari dalam dan mayoritas dari anacaman itu adalah ancaman regional. Antara lain adalah, yang pertama adalah komunis yang memberontak di Malaya ( yang merupakan ancaman Malaya dan keamanan Malaysia). Lebih signifikan, eksistensi dan cara pelaksanaan ASEAN dibatasi dengan 2 mayor masalah yang mengacaukan regional ASEAN pada periode awal : ambisi Indonesia dan klaim philipina akan Sabah. 
Kesalahan penanganan Soekarno pada perekonomian Indonesia menyebabkan kejatuhannya. 1966, Indonesia dan Malaysia mengakhiri konfrontasi. ASEAN pun menjadi tempat institusi dimana Indonesia dapat memulihkan keyakinan negara-negara tetangga dan melalui pihak ketiga yang dapat mengurangi ancaman. Kemudian Indonesia, Malaysia dan Thailand memainkan peranan penting dalam pembentukan ASEAN.
Pada permasalahan Malaysia dan Philipina akan klaim Sabah, Indonesia dan Thailand menawarkan untuk menjadi mediator dalam menegahi masalah ini. Lewat lembaga ASEAN yang menggunakan A FACE-SAVING AGREEMENT, Permasalahan dispute ini berusaha dirundingkan dengan baik. Penyelesain masalah Sabah melalui legitimasi institusi ASEAN dan peran mediator lewat bermusyawarah mufakat. Usaha manajemen konflik yang dilakukan ASEAN menutup peluang negara2 besar diluar ASEAN seperti AS dan China untuk dapat melakukan intervensi mendalam. Antipati terhadap “campur tangan” negara luar dipicu karena adanya perang Vietnam. Pada pertemuan deklarasi ASEAN 1971 yaitu pembentukan ZOPFAN ( Souteast Asia A Zone For Peace, Freedom and Neutrality ). Ide ini untuk meminimalisasikan great power AS, Rusia dan Chia dan mempertahankan kestabilan ASEAN dalam menyelenggarakan kerjasama internal mereka sebaik ekonomi dan keamanan.
ZOPFAN merefleksikan keinginan ASEAN untuk memisahkan diri mereka dari hegemoni negara-negara besar. Adapun mekanisme institusi ASEAN termasuk pertemuan tahunan menteri luar negeri, secretariat pusat di Jakarta dan beberapa komisi dan Ad hoc yang berhubungan dengan isu-isu ASEAN dan head of state summit. Pertemuan pertama pimpinan kepala negara terselenggar pertamakali di Jakarta pada tahun 1976 dan menghasilkan TOFAC ( Treaty of Amity and Cooperation).

2.5.2 Otonomi Regional
Hubungan beberapa negara anggota dengan negara–negara barat adalah hal yang tidak mungkin dipungkiri karena manfaat yang diperoleh selama hubungan tersebut mereka pelihara. Sebagai contoh Thailand maupun Philpina telah menjalin kerjasama keamanan dengan Amerika jauh sebelum ASEAN terbentuk. Demikian pula Malaysia dan Singapura secara historis merupakan bagian dari negara persemakmuran Inggris. Namun Indonesia senantiasa menentang pembentukan blok keamanan di ASEAN dan lebih cenderung untuk bersikap non blok. Perbedaan persepsi ini tidak mengurangi motivasi tumbuhnya prinsip lain yang bersifat mendasar bagi pertumbuhan ASEAN, yakni otonomi regional.
Menteri Luar Negeri Adam Malik mengatakan bahwa organisasi regional semestinya menjadikan persoalan-persoalan regional sebagai perhatian utama mereka. Penegasan ini sebagai upaya agar ASEAN tidak perlu lagi menggantungkan diri pada Negara-negara Barat seperti Amerika dan Inggris. Dengan demikian, ASEAN sebagai organisasi regional akan mampu mengembangkan dirinya sebagai organisasi yang tidak mudah dipermainkan oleh Negara-negara besar.
Tetapi semua anggota ASEAN sepakat bahwa sebaga organisasi regional yang masih muda ASEAN tidak mungkin menolak sepenuhnya pengaruh negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara. Lee Kuan Yew, mengemukakan bahwa Negara-negara ASEAN paling tidak dapat meminta Negara-negara besar untuk memperhatikan kepentingan mereka bukan sebagai negara tetapi sebagai organisasi regional. Dengan demikian, ASEAN dapat leluasa menumbuhkan dan mengembangkan harapan mereka selaku organisasi otonom.Prinsip otonomi regional juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan global yang mengarah pada kebutuhan masing-masing Negara untuk mengembangakan politik luar negeri mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan Negara-negara besar. Mohammad Ghazali Syafie menentang campur tangan pihak luar dalam menciptakan stabilitas internasional karena proses ini tidak mungkin dipaksakan dari luar.
Perdana Menteri Malaysia tahun 1970, Tun Abdul Razak memunculkan gagasan netralisasi kawasan Asia Tenggara dalam bentuk ZOPFAN ( Zona of Peace, Freedom an Betrality). Deklarasi ZOPFAN tahun 1971 merupakan kompromi dari berbagai pendapat negara anggota ASEAN khusunya Indonesia dan Malaysia. Prakarsa netralisasi ASEAN oleh Malaysia dilatarbelakangi dengan pertimbangan politik domestic khusus kerusuhan berdarah di Malaysia tahun 1969. Deklarasi ZOPFAN cenderung kompromis dan kabur untuk mewadahi berbagai pendapat Negara anggota. Indonesia dan Malaysia semakin dekat dalam menegakkan prinsip otonomi dan menentang kehadiran Negara-negara besar di ASEAN. Sebaliknya, posisi geografis Singapura dan Thailand merupakan alasan mengapa kedua Negara tersebut tetap menghendaki kehadiran Amerika di Negara mereka.












BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

            Upaya pembentukan organisasi kerjasama kawasan telah membuahkan hasil dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand. Deklarasi tersebut menandai berdirinya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations/ASEAN). Masa awal pendirian ASEAN lebih diwarnai oleh upaya-upaya membangun rasa saling percaya (confidence building) antar negara anggota guna mengembangkan kerjasama regional yang bersifat kooperatif namun belum bersifat integratif.
Adapun Tujuan ASEAN terdapat dalam Bangkok Charter yaitu :

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah- masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi
4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi
5. Bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional, memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka
6. Memajukan meningkatkan pengkajian mengenai Asia Tenggara
7. Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional
Metode ASEAN dan tujuannya secara eksplisit sangat banyak yaitu, pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan budaya, dll. Namun ASEAN tetap membahas secara minoritas masalah keamanan regional. Dengan pengalaman-pengalaman masalah keamanan, para pemimpin menyadari bahwa masalah seperti konfrontasi, separatisme, dan masalah perbatasan membuat penting dibentuknya kerjasama yang baik antar negara tetangga. Point yang untuk dibuat adalah sense dari identitas sentral gabungan untuk pembangunan komunitas keamanan yang tidak berasal dari interdependensi atau interaksi ekonomi yang intensif.
Pembentukan Komunitas ASEAN merupakan upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasinya dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional. Selain itu, juga merupakan upaya ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak kepada kawasan Asia tenggara itu sendiri.

3.2 Saran

Dengan demikian tersusunya makalah ini sesuai dengan batas yang telah di tentukan, maka penulis mengucapkan alhamdullillah, akan tetapi tidak luput dari semua itu, penulis juga dalam menyusun makalah ini mempunyai dan memiliki kekurangan maka dari itu penulis perlu kritik dan saran dari semua pihak dimana pihak tersebut akan memacu penulis untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam menyusun makalah ke depannya serta membangun yang akan meningkatkan motivasi penulis dengan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA


Ø  http://id/wikipedia.org/wiki/Konferensi_Asia-Afrika (diakses 9 Februari 2012 pukul 21.30 WIB).
Ø  ASEAN Selayang Pandang. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2008.

1 comment: