BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asia Tenggara sebelum kehadiran negara-negara kolonial Eropa ditandai
dengan pergulatan perebutan kekuasaan antarnegara yang ada di kawasan daratan
maupun maritim Asia Tenggara. Di daratan Asia Tenggara, terdapat empat Negara
terkemukan yang menjadi faktor politik internasional pada saat itu yaitu
kerajaan Vietnam, Siam (Thailand), Khemer (Kamboja), dan Burma (Myanmar).
Keempat negara inilah yang membentuk hubungan antar negara hingga kedatangan
negara-negara kolonial Eropa.
Namun di masa sekarang timbulah pola berpikir membentuk organisasi regional
yang mana berfungsi sebagai benteng dari pengaruh negara-negara penjajah atau
negara adidaya. Ketika Komunis menyebarkan pengaruhnya, Amerika membendungnya
dengan mendirikan SEATO di Asia Tenggara. Tetapi organisasi regional dibentuk
pertama kali yaitu The Association of South East Asia (ASA) pada tahun 1961,
anggotanya terdiri dari Malaysia, Philipina, Thailand. Politik konfrontasi yang
dilancarkan Soekarno, bertujuan Soekarno memimpikan sebuah negara besar yang
meliputi Indonesia, Irian Barat, dan Malaysia.
Setelah berakhirnya rezim Soekarno tahun 1966, hubungan terjalin baik pada
masa Soeharto dengan negara-negara di Asia Tenggara. Tahun 1967 terbentuklah
ASEAN dengan prakarsa lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina,
Singapura, Muangthai.
1.2 Tujuan
Makalah
ini ditujukan selain sebagai tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara, tetapi
juga agar mahasiswa sebagai kalangan intelektual pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya mengerti dan paham akan sejarah bagaimana awal mula terbentuknya
ASEAN.
1.3 Metode
Penulisan
Metode penulisan yang akan dipakai
pada pembuatan makalah ini, penulis menggunakan studi pustaka. Studi pustaka
sendiri adalah dimana proses penulisan mencakup seluruh penjelasan materi
dihimpun secara relevan yang mana semua materi didapat dari berbagai sumber.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH NEGARA ASIA TENGGARA
Asia
Tenggara adalah
sebuah kawasan di benua Asia bagian
tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya.
Asia Tenggara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah utara, Samudra
Pasifik di timur, Samudra
Hindia di selatan, dan Samudra Hindia, Teluk
Benggala, dan anak benua India di barat.
Asia
Tenggara biasa dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan (ATD) dan Asia
Tenggara Maritim (ATM).
·
Negara-negara
yang termasuk ke dalam ATD adalah
·
Negara-negara
yang termasuk ATM adalah
Secara geografis (dan juga secara historis) sebenarnya Taiwan dan
pulau Hainan juga
termasuk Asia Tenggara, sehingga diikutkan pula. Namun demikian, karena alasan
politik Taiwan dan pulau Hainan lebih sering dimasukkan ke kawasanAsia Timur. Kepulauan
Cocos dan Pulau Christmas, yang terletak di selatan Jawa, oleh
beberapa pihak dimasukkan sebagai Asia Tenggara meskipun secara politik berada
di bawah administrasi Australia.
Sebaliknya, Pulau Papua dimasukkan sebagai Asia Tenggara secara politik
meskipun secara geologi sudah
tidak termasuk benua Asia.
2.1.1
Sejarah Penamaan
Nama
untuk kawasan ini pertama kali dipakai pada abad
ke-20. Sebelumnya Asia Tenggara dikenal dengan nama India Belakang (jika dibandingkan dengan anak
benua India). Sub kawasan Asia Tenggara terdiri
dari sebelas negara, beberapa di antaranya berada di daratan utama (mainland),
yang juga dikenal sebagai Asia Tenggara Daratan (Indocina)
dan sebagian lagi seluruhnya merupakan kepulauan (Asia Tenggara Maritim), yang
dikenal dengan istilah beragam, seperti Kepulauan Selatan (Nan Yang,
Cina dan Vietnam), Kepulauan Melayu (Malay Archipelago menurut A.R. Wallace), Malayunesia
(Logan), Indonesia (Logan
dan Adolf
Bastian), Hindia Timur (Oost-Indie, Belanda), Malaysia,
Insulinde (oleh
orang Hindia Belanda di awal abad ke-20), atau Nusantara (oleh
masyarakat Indonesia). Agak menarik bahwa Semenanjung Malaya biasanya
dimasukkan dalam wilayah kepulauan meskipun masih tersambung denganbenua
Asia.
2.1.2
Letak Geografis
Asia
Tenggara terletak pada pertemuan lempeng-lempeng geologi, dengan aktivitas kegempaan (seismik) dan gunung
berapi (vulkanik) yang
tinggi. Sementara ATD relatif stabil dan merupakan daratan tua, ATM sangatlah
dinamik karena di sana bertemu dua lempeng benua besar: lempeng Indo-Australia dan lempeng
Eurasia, ditambah dengan lempeng Filipina yang
lebih kecil.
Tiga pulau besar di
Indonesia: Sumatra, Jawa, dan Kalimantan baru terpisah dari benua Asia sekitar
10 ribu tahun yang lalu akibat naiknya muka air laut karena usainya Zaman Es terakhir. Pulau Papua secara geologi
termasuk dalam benua Australia, yang juga terpisah karena peristiwa yang sama.
Kedua lempeng besar itu bertemu pada busur cekungan yang memanjang ke selatan
dari Teluk Benggala di barat Myanmar dan Thailand, terus menuju sisi barat Sumatra, lalu
membelok ke timur membentuk Palung Jawa yang memanjang di selatan Jawa dan Kepulauan Nusa
Tenggara. Akibatnya gempa bumi sering terjadi di daerah-daerah sekitarnya,
seperti Gempa bumi Samudra Hindia 2004.
Desakan lempeng Indo-Australia mengangkat permukaan pulau-pulau yang ada di
dekatnya, sehingga terbentuklah deretan gunung berapi aktif. Pulau Jawa adalah
pulau dengan cacah gunung berapi terbanyak di dunia. Gunung
Kerinci adalah gunung berapi
tertinggi di Asia Tenggara. Di sebelah timur Filipina terdapat pula Palung
Mindanao dan Palung Mariana yang merupakan pertemuan antara lempeng Filipina
dan lempeng Pasifik. Di Filipina juga terdapat aktivitas kegunungapian yang
tinggi. Puncak tertinggi yang berada di Gunung
Kinabalu (4.101 m;
Kalimantan) dan Puncak Jaya di Pulau Papua,
Indonesia (5.030 m). Terdapat beberapa klaim dan perebutan wilayah dan batas
perairan di kawasan ini, yang melibatkan negara-negara di kawasan ini maupun
yang melibatkan negara di luar Asia Tenggara (terutama Tiongkok dan Taiwan dalam kasus Kepulauan
Spratly).
2.1.3 Sejarah
Dengan
ditemukannya Homo
floresiensis di Pulau Flores pada 2003 menandakan bahwa daerah kepulauan Asia
Tenggara ini paling tidak telah ditinggali oleh manusia sejak 18.000 tahun
lalu, dengan perkiraan terjauh sampai 94.000 tahun yang lalu. Sejarah Asia
Tenggara sebelum zaman kerajaan tidak diketahui banyak. Beberapa kerajaan
berawal di daratannya, yang sekarang Burma, Kamboja, dan Vietnam.
Kerajaan pertama yang
berkembang di kepulauan Asia Tenggara adalah Sriwijaya.
Dari sejak abad ke-5 ibu kota Sriwijaya, Palembang,
merupakan pelabuhan utama antara India dan Cina. Dan kemudian
diikuti oleh Majapahit, Sailendra,
danMataram.
Pedagang Muslim mulai memasuki daerah ini pada abad ke-12. Pasai merupakan kesultanan pertama.
Karena kondisi
geografis yang berdekatan dengan India dan Cina, kawasan ini
banyak terpengaruh oleh kebudayaan India dan China. Selat
Malaka merupakan jalur
perdagangan yang ramai sejak berabad-abad lalu dan masih bertahan hingga
sekarang.
2.1.4 Ekonomi
Kebanyakan
ekonomi negara-negara di Asia Tenggara masih digolongkan kepada negara
berkembang, hanya Singapura yang digolongkan ke dalam negara maju.
Ekonomi kawasan Asia
Tenggara masih banyak tergantung pada hasil alam, dengan pengecualian
Singapura. Dengan pembentukan kawasan perdagangan
bebas Asia Tenggara oleh
negara-negara ASEAN diharapkan dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.
2.1.5 Agama
Agama yang dianut
oleh penduduk Asia Tenggara sangat beragam dan tersebar di seluruh wilayah.
Agama Buddha menjadi mayoritas di Thailand, Myanmar, dan laos
serta Vietnam dan Kamboja.
Agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk di Indonesia, Malaysia, dan Brunei dengan Indonesia menjadi negara dengan
penganut Islam terbanyak di dunia. Agama Kristen menjadi mayoritas di Filipina. Di Singapura,
agama dengan pemeluk terbanyak adalah agama yang dianut oleh orang
Tionghoa seperti Buddha, Taoisme, dan Konfusianisme.
Walau begitu, di beberapa daerah, ada
kantong-kantong pemeluk agama yang bukan mayoritas seperti Hindu di Bali dan Kristen di Maluku dan Papua atau Islam di Thailand dan Filipina
bagian selatan.
2.1.6 Lingkungan
Beraneka
ragam hewan hidup di Asia Tenggara; di pulau Kalimantan, dapat ditemukan orangutan, Gajah Asia, Badak
Sumatra dan Macan Dahan (Neofelis nebulosa diardi). Binturong dapat ditemukan di pulau Palawan.
Kerbau, baik yang
dipelihara maupun yang liar, tersebar di sepanjang Asia Tenggara, sedangkan kancil dapat ditemukan di Sumatra dan
Kalimantan. Kancil sendiri merupakan hewan yang sering muncul dalam cerita-cerita
rakyat di Indonesia dan banyak dikenal anak-anak.
Burung-burung
yang cantik seperti burung merak dan srigunting (drongo) hidup di subkawasan
Asia ini hingga sejauh sebelah timur Indonesia. Babirusa (babi dengan empat gading),anoa, dan komodo juga terdapat di Indonesia. Burung Enggang banyak dicari untuk paruhnya dan
diperdagangkan ke Tiongkok. Tanduk badak juga turut diperdagangkan.
Kepulauan
Indonesia dipisahkan Garis
Wallace. Garis ini berada di sepanjang sebuah perbatasan lempeng tektonik,
dan memisahkan spesies Asia (Barat) dari spesies Australasia (Timur).
Pulau-pulau antara Jawa/Kalimantan dan Papua yang membentuk kawasan campuran di
mana kedua spesies ada dinamakan Wallacea.
Perairan
dangkal di terumbu karang (coral reef) di Asia Tenggara mempunyai
tingkat biodiversitas tertinggi untuk ekosistem laut di
dunia, di mana ikan-ikan dan moluska banyak dijumpai. Ikan hiu paus (rhincodon typus) juga hidup di Laut China Selatan.
Pepohonan dan tanaman
lainnya di kawasan ini adalah tumbuhan tropis; di beberapa negara di mana
terdapat gunung-gunung yang cukup tinggi, tanaman bersuhu menengah dapat
ditemukan. Wilayah-wilayah hutan hujan (rainforest) ini saat ini
banyak mengalami penebangan liar, khususnya di Kalimantan.
Meskipun
Asia Tenggara kaya akan flora dan fauna, kawasan ini menghadapi penebangan hutan yang berat, sehingga mengakibatkan
hilangnya habitat berbagai spesies
terancam seperti orangutan
dan Macan Sumatra. Pada saat
yang sama, kabut asap juga merupakan peristiwa yang lazim.
Kabut asap terburuk yang pernah terjadi berlangsung pada tahun 1998 di mana beberapa negara diselimuti
kabut yang tebal. Menghadapi masalah ini, beberapa negara di Asia Tenggara
menandatangani Persetujuan ASEAN mengenai Polusi Kabut Asap Transperbatasan (ASEAN
Agreement on Transboundary Haze Pollution) untuk melawan polusi yang
diakibatkan kabut asap.
2.2 LATAR BERLAKANG TERBENTUKNYA ASEAN
ASEAN adalah singkatan
dari “Association of South East Asia Nations”, yang berarti perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. ASEAN merupakan organisasi regional yang dibentuk
oleh pemerintah lima negara dikawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singpura dan Thailand dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau
deklarasi Bangkok oleh kelima Menteri Luar Negeri negara-negara tersebut pada
tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, ibukota Thailand. Di tengah situasi regional
dan internasional yang sedang berubah. Secara geopolitik dan geoekonomi,
kawasan Asia Tenggara memiliki nilai yang sangat strategis. Hal tersebut
tercermin dari adanya berbagai konflik di kawasan yang melibatkan kepentingan
negara-negara besar pasca Perang Dunia II, sehingga Asia Tenggara pernah
dijuluki sebagai “Balkan-nya Asia”. Persaingan antar negara adidaya dan
kekuatan besar lainnya di kawasan antara lain terlihat dari terjadinya Perang
Vietnam.
Disamping itu, konflik
kepentingan juga pernah terjadi diantara sesama negara-negara Asia Tenggara
seperti konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, klaim territorial antara
Malaysia dan Filipina mengenai Sabah, serta berpisahnya Singapura dari Federasi
Malaysia.Pembentukan ASEAN sebagai organisasi regional berasumsi atas kesadaran
para pemimpin negara akan pentingnya sebuah kerja sama untuk menciptakan
perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran. Selain itu juga mempunyai beberapa
persamaan yaitu persamaan kepentingan, permasalahan yang dihadapi, pentingnya
kerjasama dan solidaritas negara di Asia Tenggara.
Upaya pembentukan
organisasi kerjasama kawasan telah membuahkan hasil dengan ditandatanganinya
Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok
oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para
Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand. Deklarasi
tersebut menandai berdirinya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
(Association of South East Asian Nations/ASEAN). Masa awal pendirian ASEAN
lebih diwarnai oleh upaya-upaya membangun rasa saling percaya (confidence
building) antar negara anggota guna mengembangkan kerjasama regional yang
bersifat kooperatif namun belum bersifat integratif.
Tujuan ASEAN terdapat
dalam Bangkok Charter yaitu :
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
2. Meningkatkan perdamaian dan
stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam
hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan
saling membantu dalam masalah- masalah yang menjadi kepentingan bersama di
bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi
4. Saling memberikan bantuan dalam
bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan,
profesi, teknik dan administrasi
5. Bekerjasama secara lebih efektif guna
meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas perdagangan
dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional, memperbaiki
sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup
rakyat mereka
6. Memajukan meningkatkan pengkajian
mengenai Asia Tenggara
7. Memelihara kerjasama yang erat dan
berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional
Ada beberapa norma
dasar yang tumbuh dalam proses evolusi ASEAN selaku organisasi regional antara
lai yaitu menentang penggunaan kekerasan dan mengutamakan solusi
damai.Berakhirnya konfrontasi dan keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan
ASEAN merupakan blessing in disguise bagi pembentukan norma hubungan
antarnegara yang menentang penggunaan kekerasan. Walaupun konfrontasi
menciptakan ketegangan yang luar biasa, keputusn Soeharto untuk menghentikan
konfrontasi melegakan negara-negara tetangga dan memuluskan jalan menuju
pembentukan organisasi regional yang mementang prinsip penggunaan kekerasan
dalam hubungan dengan sesama anggota. Di samping itu, pembentukan ASEAN pada
hakikatnya membuka jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengaruh tanpa harus
menggunakan kekerasan.
Persoalan awal yang mengiringi pertumbuhan
ASEAN adalah fraksi diplomatik antara Malaysia dan Philipina. Kasus Sabah
menjadi penyebab terputusnya hubungan diplomatik kedua Negara walaupun hanya
sementara. Malaysia mengancam mundur yang sudah tentu mengancam kelangsungan
hidup ASEAN yang baru berumur enam bulan. Melalui pertemuan di Jakarta dan
Bangkok Desember 1968 akhirnya sepakat menghimbau kedua negara untuk tidak lagi
menyuarakan perbedaan pendapat mereka secara terbuka untuk menurunkan
ketegangan hubungan politik kedua Negara.
Sejak bulan Maret tahun 1969 pihak
Philipina telah menyatakan kesediaan untuk tidak lagi membicarakan isu Sabah
dalam pertemuan ASEAN berikutnya. Kemudian Mei 1969 kedua Negara akhirnya
bertemu. Harapan ini terwujud pada bulan Desember 1969, kedua Negara sepakat untuk
membuka kembali hubungan diplomatik yang terputus sejak 1968. Cara ASEAN
menyelesaikan konflik Sabah sangat unik karena mereka lebih banyak melakukan
upaya diplomasi, tekanan, dan pencegahan sedemikian rupa sehingga di kemudian
hari rangkaian kegiatan ini dikenal sebagai ASEAN Way, yaitu kebiasaan ASEAN
dalam menyelesaikan persoalan.
Struktrur
Organisasi ASEAN terdapat pada Deklarasi Bangkok bahwa Pertemuan Para Menteri
Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM); Sidang Panitia Tetap ASEAN
(ASEAN Standing Committee/ASC) yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri negara
yang menjadi Ketua ASC beranggotakan para Duta Besar negara anggota ASEAN yang
ditempatkan di negara yang menjadi Ketua ASC; Komite-komite permanen dan komite-komite
ad-hoc; dan Sekretariat Nasional di masing-masing negara anggota ASEAN.
Pada saat ini, struktur tersebut telah dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan kerjasama, dan telah mengalami beberapa perubahan, meliputi :
Pada saat ini, struktur tersebut telah dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan kerjasama, dan telah mengalami beberapa perubahan, meliputi :
1. Konferensi Tingkat Tinggi
ASEAN (KTT ASEAN)
Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN adalah pertemuan para Kepala Negara/Pemerintahan
ASEAN yang mempunyai otoritas atau kekuasaan tertinggi di dalam ASEAN. KTT
berfungsi sebagai penentu arah bagi kegiatan kerjasama ASEAN. Ada dua jenis KTT
yang diselenggarakan oleh ASEAN, yaitu KTT formal dan informal. KTT ASEAN
diselenggarakan sejak pertama kali beridiri telah menyelenggarakan KTT sebanyak
12 KTT, KTT ASEAN terakhir di Cebu Filiphina 12-13 Januari 2007.
2. Sidang Para Menteri Luar
Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM)
Latar
belakang Keputusan para Kepala Negara/Pemerintahan dalam KTT diimplementasikan
melalui AMM. AMM mempunyai peran dan tanggung jawab untuk merumuskan garis
kebijakan dan koordinasi kegiatan-kegiatan ASEAN yang telah diputuskan dalam
KTT. Dalam situasi khusus, para Menteri Luar Negeri dapat mengadakan pertemuan
lebih dari sekali dalam setahun. Pada KTT ke-3 ASEAN disetujui bahwa AMM dapat
melibatkan menteri-menteri lainnya jika diperlukan.
3. Sidang Para Menteri Ekonomi
ASEAN (ASEAN Economic Ministerial Meeting/AEM)
AEM merupakan badan tertinggi dalam menentukan kebijakan kerjasama ekonomi ASEAN. AEM diadakan sekali dalam setahun selain AEM Retreat dan Preparatory AEM menjelang KTT. AEM 16 mulai dilembagakan sejak KTT ke-2 ASEAN. Pada KTT ke-4 ASEAN dibentuk Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA) untuk mengawasi, melaksanakan koordinasi dan memberikan penilaian terhadap pelaksanaan Skema Tarif Preferensi Efektif Bersama (Common Effective Preferential Tariff/CEPT) menuju Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN. Hasil AMM dan AEM disampaikan kepada KTT.
AEM merupakan badan tertinggi dalam menentukan kebijakan kerjasama ekonomi ASEAN. AEM diadakan sekali dalam setahun selain AEM Retreat dan Preparatory AEM menjelang KTT. AEM 16 mulai dilembagakan sejak KTT ke-2 ASEAN. Pada KTT ke-4 ASEAN dibentuk Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA) untuk mengawasi, melaksanakan koordinasi dan memberikan penilaian terhadap pelaksanaan Skema Tarif Preferensi Efektif Bersama (Common Effective Preferential Tariff/CEPT) menuju Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN. Hasil AMM dan AEM disampaikan kepada KTT.
4. Sidang Menteri Sektoral ASEAN
Pertemuan Menteri Sektoral ini pada umumnya membahas:
1.Pertemuan menteri
terkait dengan pilar Komunitas Keamanan
2.Pertemuan menteri
terkait dengan pilar Komunitas Ekonomi ASEAN
3.Pertemuan menteri
terkait dengan pilar Komunitas Sosial Budaya ASEAN
4.Pertemuan para
Menteri terkait dengan Kebudayaan dan Kesenian ASEAN (ASEAN Ministers Responsible
for Culture and Arts/AMCA)
6. Pertemuan para Menteri
terkait dengan Penanggulangan Bencana ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on
Disaster Management/AMMDM). AMMDM didirikan pada tahun 2004 dan mengadakan
pertemuan bila diperlukan
7. Pertemuan tahunan
para Menteri Ilmu Pengetahuan danTekonologi ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on
Science and Technology/AMMST). AMMST didirikan pada tahun 1980 dan mengadakan
pertemuan setiap tahun.
8. Pertemuan para
Menteri Lingkungan Hidup ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on the
Environment/AMME).
9. Pertemuan para Menteri ASEAN terkait dengan Penanganan Asap (ASEAN Ministerial Meeting on Haze/AMMH).
9. Pertemuan para Menteri ASEAN terkait dengan Penanganan Asap (ASEAN Ministerial Meeting on Haze/AMMH).
10. Pertemuan para
Menteri Kesehatan ASEAN (ASEAN Health Ministers Meeting/ AHMM)
11. Pertemuan para
Menteri ASEAN terkait dengan Informasi ASEAN Ministers Responsible for Information/AMRI).
AMRI didirikan pada tahun 1989 dan mengadakan pertemuan sekali setiap 18 bulan;
12. Pertemuan para
Menteri Ketenagakerjaan ASEAN (ASEAN Labour Ministers Meeting/ALMM). ALMM
didirikan pada tahun 1975 dan mengadakan pertemuan sekali setiap 2 tahun
setelah tahun 2004 Pertemuan para Menteri ASEAN terkait dengan Kesejahteraan
dan Pembangunan Sosial (ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare and
Development/AMMSWD). AMMSWD didirikan pada tahun 1979 dan mengadakan pertemuan
sekali setiap 3 tahun.
13. Pertemuan para
Menteri ASEAN terkait dengan Pembangunan Pedesaan dan Pengentasan Kemiskinan
(ASEAN Ministers Meeting on Rural Development and Poverty Eradication/AMRDPE).
14. Pertemuan para Menteri Kepemudaan ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on Youth/AMMY). AMMY didirikan pada tahun 1992 dan mengadakan pertemuan sekali setiap 3 tahun.
14. Pertemuan para Menteri Kepemudaan ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on Youth/AMMY). AMMY didirikan pada tahun 1992 dan mengadakan pertemuan sekali setiap 3 tahun.
2.4 KERJASAMA ASEAN DENGAN
NEGERA/ORGANISASI NON ASEAN
Ø
ASEAN
dengan Australia
Australia menjadi Mitra Wicara penuh ASEAN pada tahun 1974, yang ditandai
dengan pembentukan ASEAN-Australia Consultative Meetings (AACM). Mekanisme
dalam hubungan dialog ASEAN-Australia dilakukan pada berbagai tingkatan yaitu
ASEAN Regional Forum (ARF), Post Ministerial Conference (PMC) 10+1, Informal
Consultations between AEM and Ministers from the CER Countries, ASEAN-Australia
Forum, ASEAN-Australia Joint Planning Committee (JPC), Project Coordination
Committees (PCCs), ASEAN-Canberra Committee, dan berbagai kelompok kerja (dalam
bidang perdagangan dan investasi, telekomunikasi, pendidikan dan pelatihan,
industri dan teknologi, lingkungan hidup serta budaya dan informasi).
Di bidang kerjasama politik dan keamanan, capaian penting kerjasama
ASEAN-Australia adalah aksesi Australia ke dalam TAC pada tahun 2005. Dalam
kaitan dengan masalah kejahatan transnasional, telah diadakan dua kali
pertemuan regional tingkat menteri mengenai People Smuggling, Trafficking in
Persons and Related Transnational Crime di Bali pada bulan Pebruari 2002 dan
April 2003. Di bidang memerangi terorisme, Australia pun telah menandatangani
ASEAN-Australia Joint Declaration on Counter Terrorism pada pertemuan
AMM/PMC/ARF ke-37, Juli 2004 di Jakarta.
Selanjutnya berbagai hasil konkret telah dicapai antara lain kemajuan dalam model hukum untuk orang-orang yang melakukan penyelundupan dan perdagangan manusia, semakin eratnya kerjasama badan-badan hukum, dan kerjasama dalam mekanisme fasilitasi pertukaran informasi.
Selanjutnya berbagai hasil konkret telah dicapai antara lain kemajuan dalam model hukum untuk orang-orang yang melakukan penyelundupan dan perdagangan manusia, semakin eratnya kerjasama badan-badan hukum, dan kerjasama dalam mekanisme fasilitasi pertukaran informasi.
Saat ini ASEAN-Australia telah berhasil menyusun draft Joint Declaration
on ASEAN-Australia Comprehensive Partnership yang akan ditandatangani tahun
2007. Konsep deklarasi ini merupakan payung bagi berbagai program kerjasama
yang akan dimasukkan ke dalam Plan of Action (PoA). Indonesia berhasil
memasukkan beberapa isu mengemuka untuk dituangkan dalam konsep PoA tersebut
yaitu isu korupsi, money laundering, disaster management dan kerjasama
penanggulangan
terorisme.
terorisme.
Di bidang ekonomi dan pembangungan, para Menteri Ekonomi ASEAN telah
membahas kemungkinan untuk menggabungkan ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan
Australia New Zealand Closer Economic Relations (CER).
Pada Commemorative Summit bulan Nopember 2004, telah disepakati agar perundingan pembentukan kawasan perdagangan bebas (AFTA-CER FTA) akan dimulai awal 2005, dan diharapkan selesai dalam dua tahun. FTA kemudian akan diimplementasikan secara penuh dalam jangka waktu 10 tahun. Diharapkan pengaitan AFTA-CER tersebut dapat memberikan manfaat yang nyata bagi sektor swasta dan pelaku bisnis serta menjadi “building blocks” bagi fasilitasi perdagangan antara ASEAN dan Australia.
Pada Commemorative Summit bulan Nopember 2004, telah disepakati agar perundingan pembentukan kawasan perdagangan bebas (AFTA-CER FTA) akan dimulai awal 2005, dan diharapkan selesai dalam dua tahun. FTA kemudian akan diimplementasikan secara penuh dalam jangka waktu 10 tahun. Diharapkan pengaitan AFTA-CER tersebut dapat memberikan manfaat yang nyata bagi sektor swasta dan pelaku bisnis serta menjadi “building blocks” bagi fasilitasi perdagangan antara ASEAN dan Australia.
Kerjasama pembangunan ASEAN-Australia tertuang dalam MoU ASEAN-Australia
Development Cooperation Programme (AADCP) pada tanggal 1 Agustus 2002. Sasaran
utama AADCP adalah untuk memberikan manfaat bagi negara-negara CLMV (Kamboja,
Laos, Myanmar dan Vietnam) dalam kerangka Initiative for ASEAN Integration
(IAI) untuk mempersempit jurang perbedaan dan proses percepatan integrasi CLMV.
AADCP juga mencakup kerjasama ekonomi dan sosial, capacity building, kerjasama
Iptek dan lingkungan.
Ø
ASEAN UNI
EROPA
Hubungan kerjasama ASEAN-Uni Eropa (UE) dirintis pada 1972 ketika ASEAN
membentuk Special Coordinating Committee ofASEAN Nations (SCCAN). Tujuannya
adalah untuk mengadakan dialog dengan pihak Masyarakat Eropa (ME). ASEAN
Brussels Committee (ABC) yang beranggotakan para Duta Besar negara-negara ASEAN
di Brussels, berfungsi melaksanakan konsultasikonsultasi antara kedua pihak.
Selanjutnya ASEAN-EU membentuk Joint Cooperation Committee (JCC). Komite ini
mengadakan pertemuan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dan membaha serta
mengawasi pelaksanaan kerjasama di bidang ekonomi dan pembangunan serta sosial
budaya.
Pada tanggal 9 Juli 2003, UE telah mengesahkan European Commission (EC)’s Communication: A New Partnership with Southeast Asia yang menjadi landasan EU untuk meningkatkan kerjasama dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk dengan ASEAN. Komunikasi tersebut berisikan strategi komprehensif UE dalam mengembangkan kerjasama dengan ASEAN pada masa-masa yang akan datang.
Pada tanggal 9 Juli 2003, UE telah mengesahkan European Commission (EC)’s Communication: A New Partnership with Southeast Asia yang menjadi landasan EU untuk meningkatkan kerjasama dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk dengan ASEAN. Komunikasi tersebut berisikan strategi komprehensif UE dalam mengembangkan kerjasama dengan ASEAN pada masa-masa yang akan datang.
Komunikasi
tersebut memfokuskan enam prioritas strategi yaitu:
a. Supporting regional stability and the fight against terrorism;
a. Supporting regional stability and the fight against terrorism;
b. Human
Rights, democratic principles and good governance;
c.
Mainstreaming Justice and Home Affairs issue;
d.
Injecting a new dynamism into regional trade and investment
1.
relations;
e.
Continuing to support the development of less prosperous
2.
countries; dan
f.
Intensifying dialogue and co-operation in specific policy areas.
Komunikasi EC juga mendorong dibentuknya kerjasama yang
terkait dengan perdagangan melalui Trans-Regional EU-ASEAN Trade Initiative
(TREATI) dan mekanisme kerjasama pembangunan yaitu Regional EU-ASEAN Dialogue
Instrument (READI).
Untuk membantu pencapaian integrasi ekonomi ASEAN, UE secara berkelanjutan melaksanakan ASEAN Project for Regional Integration Support (APRIS). APRIS bertujuan meningkatkan iklim investasi dan perdagangan di ASEAN melalui liberalisasi ekonomi, fasilitasi perdagangan, jasa, stabilitas sektor keuangan, prosedur kepabeanan, promosi investasi, jaminan sosial, energi dan lingkungan hidup.
Pada tahun 2006, Indonesia telah menyelesaikan tugasnya sebagai Negara koordinator untuk ASEAN-Uni Eropa untuk periode 2003-2006. Selanjutnya Kamboja akan menjadi Negara koordinator untuk periode 2006-2009. Salah satu perkembangan yang telah tercapai selama tahun 2006 adalah pertemuan Final Evaluation Mission for ASEAN-EU Programme for Regional Integration Support (APRIS ) I for the Period of 2003-2006 yang telah memberikankontribusi dalam merumuskan ASEAN Demand Driven Needs. EU juga telah menyatakan dukungan pada terwujudnya ASEAN Single Window sebagai bentuk harmonisasi bea cukai dalam proses integrasi ASEAN.
Untuk membantu pencapaian integrasi ekonomi ASEAN, UE secara berkelanjutan melaksanakan ASEAN Project for Regional Integration Support (APRIS). APRIS bertujuan meningkatkan iklim investasi dan perdagangan di ASEAN melalui liberalisasi ekonomi, fasilitasi perdagangan, jasa, stabilitas sektor keuangan, prosedur kepabeanan, promosi investasi, jaminan sosial, energi dan lingkungan hidup.
Pada tahun 2006, Indonesia telah menyelesaikan tugasnya sebagai Negara koordinator untuk ASEAN-Uni Eropa untuk periode 2003-2006. Selanjutnya Kamboja akan menjadi Negara koordinator untuk periode 2006-2009. Salah satu perkembangan yang telah tercapai selama tahun 2006 adalah pertemuan Final Evaluation Mission for ASEAN-EU Programme for Regional Integration Support (APRIS ) I for the Period of 2003-2006 yang telah memberikankontribusi dalam merumuskan ASEAN Demand Driven Needs. EU juga telah menyatakan dukungan pada terwujudnya ASEAN Single Window sebagai bentuk harmonisasi bea cukai dalam proses integrasi ASEAN.
Dalam bidang politik dan keamanan, telah disepakati Joint Co-
Chairmen’s Statement dan Joint Declaration on Cooperation to Combat Terrorism
pada tanggal 27-28 Januari 2003. Tujuan utama dari kerjasama ini adalah untuk
meningkatkan kerjasama regional di kawasan ASEAN dan mendukung peningkatan
capacity building dalam kerangka ASEAN untuk memerangi aksi terorisme.
Sebagai implementasi, dalam Regional Indicative Programme (RIP) 2005-2006 yang diusulkan oleh UE, terdapat anggaran dana sebesar 4-6 juta Euro bagi program Fight Against Terrorism yang terbagi dalam program pelatihan kewaspadaan (awareness training) dan pengamanan dokumen (Regional Project on document security) untuk jangka waktu 3 tahun mulai tahun 2006.
Sebagai implementasi, dalam Regional Indicative Programme (RIP) 2005-2006 yang diusulkan oleh UE, terdapat anggaran dana sebesar 4-6 juta Euro bagi program Fight Against Terrorism yang terbagi dalam program pelatihan kewaspadaan (awareness training) dan pengamanan dokumen (Regional Project on document security) untuk jangka waktu 3 tahun mulai tahun 2006.
Selain itu, ASEAN dan EU juga telah merampungkan program
ASEAN-EU Cooperation Programme on Border Management and Document Security,
sebagai salah satu implementasi kesepakatan pada forum READI dan hasil
pertemuan ASEAN-EU Senior Officials’ Meeting tahun 2006.
Ø
ASEAN UNDP
Hubungan ASEAN dengan United Nations Development Programme
(UNDP) telah dimulai hampir sejak dibentuknya ASEAN pada tahun 1967. Namun
demikian hubungan keduanya baru terasa sejak awal dasa warsa 70-an, ketika UNDP
mensponsori suatu kegiatan pendidikan selama dua tahun dan melibatkan sebanyak
41 tenaga ahli internasional untuk membantu inisiatif pertama ASEAN dalam
kerjasama ekonomi. Inisiatif ini pada tahun 1972 menghasilkan dasar-dasar
kerjasama ASEAN dalam bidang pengembangan industri, pertanian dan kehutanan,
transportasi, keuangan, moneter dan jasa-jasa asuransi.
Pada tahun 1977 UNDP resmi menjadi Mitra Wicara ASEAN dan merupakan satu-satunya badan multilateral yang mendapat status sebagai Mitra Wicara. Hubungan ASEAN dengan UNDP semakin dekat dengan diluncurkannya Program Sub-Regional ASEAN-UNDP pada tahun 1990 yang bertujuan untuk membantu ASEAN menyusun langkah-langkah dalam mengadakan kerjasama regional. Mekanisme dialog disesuaikan dengan kerangka kerja regional atau inter-country missions dari UNDP untuk kawasan ASEAN.
Pada tahun 1977 UNDP resmi menjadi Mitra Wicara ASEAN dan merupakan satu-satunya badan multilateral yang mendapat status sebagai Mitra Wicara. Hubungan ASEAN dengan UNDP semakin dekat dengan diluncurkannya Program Sub-Regional ASEAN-UNDP pada tahun 1990 yang bertujuan untuk membantu ASEAN menyusun langkah-langkah dalam mengadakan kerjasama regional. Mekanisme dialog disesuaikan dengan kerangka kerja regional atau inter-country missions dari UNDP untuk kawasan ASEAN.
UNDP sebagai mitra ASEAN yang tertua banyak memberikan
bantuan kepada ASEAN, khususnya penyaluran dana melalui Partnership Facility. Bantuan
UNDP pada umumnya ditujukan untuk mendorong ASEAN dalam upaya menciptakan
integrasi ekonomi regional dalam bentuk studi penelitian maupun program-program
pembangunan.
2.5. PERKEMBANGAN
ASEAN
2.5.1 Dekade Awal ASEAN
Banyak terjadi kesalahpahaman atas ASEAN karena
keambiguan deklarasinya. Awalnya banyak yang mengira bahwa ASEAN bertujuan
untuk kerjasama keamanan politik, namun nyatanya ASEAN dibentuk sebagai wadah
kerja sama bidang Sosial, ekonomi, dan budaya regional. Selain itu banyak
analis yang mengira ASEAN adalah bentukan atau sekutu komunitas eropa, namun
setelah mempelajari piagam persetujuannya, barulah mereka menyadari bahwa ASEAN
adalah badan murni regional.
Metode ASEAN dan tujuannya secara eksplisit sangat
banyak yaitu, pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan budaya, dll.
Namun ASEAN tetap membahas secara minoritas masalah keamanan regional. Dengan
pengalaman-pengalaman masalah keamanan, para pemimpin menyadari bahwa masalah
seperti konfrontasi, separatisme, dan masalah perbatasan membuat penting
dibentuknya kerjasama yang baik antar negara tetangga. Point yang untuk dibuat
adalah sense dari identitas sentral gabungan untuk pembangunan komunitas
keamanan yang tidak berasal dari interdependensi atau interaksi ekonomi yang
intensif.
Kesuksesan kerjasama ekonomi selama dekade pertama
berdirinya ASEAN lebih karena prestasi kerjasama politik dan keamanan.
Disinilah kesadaran regional atau solidaritas antar negara-negara ASEAN
terbentuk. Seperti yang sudah disebutkan diawal, sesungguhnya semua ASEAN-5
menghadapi ancaman dari dalam dan mayoritas dari anacaman itu adalah ancaman
regional. Antara lain adalah, yang pertama adalah komunis yang memberontak di
Malaya ( yang merupakan ancaman Malaya dan keamanan Malaysia). Lebih
signifikan, eksistensi dan cara pelaksanaan ASEAN dibatasi dengan 2 mayor
masalah yang mengacaukan regional ASEAN pada periode awal : ambisi Indonesia
dan klaim philipina akan Sabah.
Kesalahan penanganan Soekarno pada perekonomian
Indonesia menyebabkan kejatuhannya. 1966, Indonesia dan Malaysia mengakhiri
konfrontasi. ASEAN pun menjadi tempat institusi dimana Indonesia dapat
memulihkan keyakinan negara-negara tetangga dan melalui pihak ketiga yang dapat
mengurangi ancaman. Kemudian Indonesia, Malaysia dan Thailand memainkan peranan
penting dalam pembentukan ASEAN.
Pada permasalahan Malaysia dan Philipina akan klaim
Sabah, Indonesia dan Thailand menawarkan untuk menjadi mediator dalam menegahi
masalah ini. Lewat lembaga ASEAN yang menggunakan A FACE-SAVING AGREEMENT,
Permasalahan dispute ini berusaha dirundingkan dengan baik. Penyelesain masalah
Sabah melalui legitimasi institusi ASEAN dan peran mediator lewat bermusyawarah
mufakat. Usaha manajemen konflik yang dilakukan ASEAN menutup peluang negara2
besar diluar ASEAN seperti AS dan China untuk dapat melakukan intervensi
mendalam. Antipati terhadap “campur tangan” negara luar dipicu karena adanya
perang Vietnam. Pada pertemuan deklarasi ASEAN 1971 yaitu pembentukan ZOPFAN (
Souteast Asia A Zone For Peace, Freedom and Neutrality ). Ide ini untuk
meminimalisasikan great power AS, Rusia dan Chia dan mempertahankan kestabilan
ASEAN dalam menyelenggarakan kerjasama internal mereka sebaik ekonomi dan
keamanan.
ZOPFAN merefleksikan keinginan ASEAN untuk memisahkan diri
mereka dari hegemoni negara-negara besar. Adapun mekanisme institusi ASEAN
termasuk pertemuan tahunan menteri luar negeri, secretariat pusat di Jakarta
dan beberapa komisi dan Ad hoc yang berhubungan dengan isu-isu ASEAN dan head
of state summit. Pertemuan pertama pimpinan kepala negara terselenggar
pertamakali di Jakarta pada tahun 1976 dan menghasilkan TOFAC ( Treaty of Amity
and Cooperation).
2.5.2 Otonomi Regional
Hubungan beberapa negara anggota dengan negara–negara
barat adalah hal yang tidak mungkin dipungkiri karena manfaat yang diperoleh
selama hubungan tersebut mereka pelihara. Sebagai contoh Thailand maupun
Philpina telah menjalin kerjasama keamanan dengan Amerika jauh sebelum ASEAN
terbentuk. Demikian pula Malaysia dan Singapura secara historis merupakan
bagian dari negara persemakmuran Inggris. Namun Indonesia senantiasa menentang
pembentukan blok keamanan di ASEAN dan lebih cenderung untuk bersikap non blok.
Perbedaan persepsi ini tidak mengurangi motivasi tumbuhnya prinsip lain yang bersifat
mendasar bagi pertumbuhan ASEAN, yakni otonomi regional.
Menteri Luar Negeri Adam Malik mengatakan bahwa
organisasi regional semestinya menjadikan persoalan-persoalan regional sebagai
perhatian utama mereka. Penegasan ini sebagai upaya agar ASEAN tidak perlu lagi
menggantungkan diri pada Negara-negara Barat seperti Amerika dan Inggris.
Dengan demikian, ASEAN sebagai organisasi regional akan mampu mengembangkan
dirinya sebagai organisasi yang tidak mudah dipermainkan oleh Negara-negara
besar.
Tetapi semua anggota ASEAN sepakat bahwa sebaga
organisasi regional yang masih muda ASEAN tidak mungkin menolak sepenuhnya
pengaruh negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara. Lee Kuan Yew,
mengemukakan bahwa Negara-negara ASEAN paling tidak dapat meminta Negara-negara
besar untuk memperhatikan kepentingan mereka bukan sebagai negara tetapi
sebagai organisasi regional. Dengan demikian, ASEAN dapat leluasa menumbuhkan
dan mengembangkan harapan mereka selaku organisasi otonom.Prinsip otonomi
regional juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan global yang mengarah pada
kebutuhan masing-masing Negara untuk mengembangakan politik luar negeri mandiri
dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan Negara-negara besar. Mohammad
Ghazali Syafie menentang campur tangan pihak luar dalam menciptakan stabilitas
internasional karena proses ini tidak mungkin dipaksakan dari luar.
Perdana Menteri Malaysia tahun 1970, Tun Abdul Razak
memunculkan gagasan netralisasi kawasan Asia Tenggara dalam bentuk ZOPFAN (
Zona of Peace, Freedom an Betrality). Deklarasi ZOPFAN tahun 1971 merupakan
kompromi dari berbagai pendapat negara anggota ASEAN khusunya Indonesia dan
Malaysia. Prakarsa netralisasi ASEAN oleh Malaysia dilatarbelakangi dengan
pertimbangan politik domestic khusus kerusuhan berdarah di Malaysia tahun 1969.
Deklarasi ZOPFAN cenderung kompromis dan kabur untuk mewadahi berbagai pendapat
Negara anggota. Indonesia dan Malaysia semakin dekat dalam menegakkan prinsip
otonomi dan menentang kehadiran Negara-negara besar di ASEAN. Sebaliknya,
posisi geografis Singapura dan Thailand merupakan alasan mengapa kedua Negara
tersebut tetap menghendaki kehadiran Amerika di Negara mereka.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Upaya pembentukan organisasi
kerjasama kawasan telah membuahkan hasil dengan ditandatanganinya Deklarasi
ASEAN atau Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil
Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar
Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand. Deklarasi tersebut
menandai berdirinya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of
South East Asian Nations/ASEAN). Masa awal pendirian ASEAN lebih diwarnai oleh
upaya-upaya membangun rasa saling percaya (confidence building) antar negara
anggota guna mengembangkan kerjasama regional yang bersifat kooperatif namun
belum bersifat integratif.
Adapun Tujuan ASEAN terdapat dalam Bangkok
Charter yaitu :
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
3. Meningkatkan kerjasama yang aktif
dan saling membantu dalam masalah- masalah yang menjadi kepentingan bersama di
bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi
4. Saling memberikan bantuan dalam
bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi,
teknik dan administrasi
5. Bekerjasama secara lebih efektif
guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas perdagangan
dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional, memperbaiki
sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup
rakyat mereka
6. Memajukan meningkatkan pengkajian
mengenai Asia Tenggara
7. Memelihara kerjasama yang erat dan
berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional
Metode
ASEAN dan tujuannya secara eksplisit sangat banyak yaitu, pertumbuhan ekonomi,
kemajuan sosial, pengembangan budaya, dll. Namun ASEAN tetap membahas secara
minoritas masalah keamanan regional. Dengan pengalaman-pengalaman masalah
keamanan, para pemimpin menyadari bahwa masalah seperti konfrontasi,
separatisme, dan masalah perbatasan membuat penting dibentuknya kerjasama yang
baik antar negara tetangga. Point yang untuk dibuat adalah sense dari identitas
sentral gabungan untuk pembangunan komunitas keamanan yang tidak berasal dari
interdependensi atau interaksi ekonomi yang intensif.
Pembentukan
Komunitas ASEAN merupakan upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasinya dalam
menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional. Selain itu, juga
merupakan upaya ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka
dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak kepada kawasan Asia
tenggara itu sendiri.
3.2 Saran
Dengan
demikian tersusunya makalah ini sesuai dengan batas yang telah di tentukan,
maka penulis mengucapkan alhamdullillah, akan tetapi tidak luput dari semua
itu, penulis juga dalam menyusun makalah ini mempunyai dan memiliki kekurangan
maka dari itu penulis perlu kritik dan saran dari semua pihak dimana pihak
tersebut akan memacu penulis untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam menyusun
makalah ke depannya serta membangun yang akan meningkatkan motivasi penulis
dengan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://id/wikipedia.org/wiki/Konferensi_Asia-Afrika
(diakses 9 Februari 2012 pukul 21.30 WIB).
Ø ASEAN Selayang Pandang. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2008.
:j
ReplyDelete