CANDI PRAMBANAN
Candi
loro Jonggrang yang sering disebut candi prambanan terletak persis di
perbatasanprovinsi Yogyakarta dan provinsi Jawa Tengah. Komplek percandian ini
masuk kedua wilayah. Yaitu komplek bagian barat masuk daerah Yogyakarta dan
bagian timur daerah Jawa Tengah. Gugusan candi ini dinamakan prambanan karena
terleta di daerah prambanan. Nama “Loro Jonggrang” berkaitan dengan legenda
yang menceritakan tentang seseorang dara Jonggrang atau gadis jangkung putri
Prabu Boko.
Candi
prambanan adalah kelompok percandian hindu yang dibangun oleh raja-raja dinasti
sanjaya pada abad IX. Ditemukan nama pikatan pada candi ini menimbulkan
pendapat bahwa candi ini di bangun Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan
oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka tahun 856 M “Prasasti
Siwargha”. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur
berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah ini ditambah dengan gempa bumi
serta beberapa kali meletusnya gunung merapi menjadikan candi prambanan runtuh.
Usaha pemugaran yang sangat berharga itu diselesaikan oleh bangsa Indonesia.
Pada tanggal 20 Desember 1953 pemugaran induk candi Loro Jonggrang secara resmi
dinyatakan selesai oleh Ir. Soekarno sebagai presiden Indonesia pada waktu itu.
Sampai sekarang pekerjaan pemugaran masih dilakukan, yaitu pemugaran Candi
Brahmana dan Candi Wisnu, Candi Brahma dipugar mulai tahun 1977 dan selesai di
resmikan pada tanggal 23 maret 1987. Dan candi wisnu mulai dipugar tahun 1982
selesai dan diresmikan oleh bapak presiden Soeeharto pada tanggal 27 April
1991.
DESKRIPSI BANGUNAN
Komplek
candi prambanan terdiri dari latar bawah, latar tengah, dan latar atas (Latar
utama). Yang semakin arah kedalam semakin tinggi letaknya. Berturut-turut
luasnya 390 m2, 222 m2, dan 110 m2 latar bawah
tak berisi apapun.
Apabila semua candi telah dipugar maka akan ada 224 candi yang memiliki ukuran yang sama. Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan.
Apabila semua candi telah dipugar maka akan ada 224 candi yang memiliki ukuran yang sama. Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan.
·
Candi
Siwa
Candi
dengan luas dasar 34 m2 dan tinggi 47 meter adalah candi terbesar
dan terpenting. Dinamakan candi Siwa karena didalamnya terdapat arca Siwa
Mahadewa yang merupakan arca terbesar. Bangunan ini terdiri atas 3 bagian
secara vertikal kaki tubuh dan kepala/atap, kaki candi menggambarkan “dunia
bawah” tempat manusia yang masih diliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan
dunia tengah tempat manusia yang telah meninggalkan keduniawian dn atap
melukiskan “dunia atas” tempat para dewa.
Didalam
candi terdapat 4 ruangan yang menghadap ke empat arah mata angin mengelilingi
ruangan terbesar yang ada ditengah-tengah.
·
Arca
Siwa Mahadewa
Menurut
ajaran trimurti-hindu, yang paling dihormati adalah dewa Brahma sebagai
pencipta alam, kemudian dewa Wisnu sebagai pemelihara dan dewa Siwa sebagai
perusak alam. Tetapi di India maupun di Indonesia, Siwa adalah yang paling
terkenal. Diantara kaki arca dan landasannya terdapat batu bundar berbentuk
bunga teratai. Raja Balitung dipandang sebagai penjelmaan Siwa oleh keturunan
dan rayatnya.
·
Arca
Siwa Maha Guru
Arca
ini berwujud seorang tua berjanggut yang berdiri dengan perut gendut. Tangan
kanannya memegang tasbih dan tangan kirinya memegang kendi danbahunya terdapat
kipas. Trisula yang terletak di sebelah kanan belakangnya menandakan senjata
khas Siwa. Karena besarnya jasa raja Balitung menyebarkan agam hindu-siwa maka
ia dianggap sebagai salah satu bentuk Siwa.
·
Arca
Ganesa
Arca
ini berwujud manusia berkepala gajah bertangan 4 yang sedang duduk dengan perut
gendut. Tangan-tangan belakangnya memegang tasbih dan kampak, sedangkan tangan-tangan
depannya memegang patahan gadingny sendiri dan sebuah mangkuk. Arca ini
menggambarkan putra mahkota sekaligus panglima perang raja Balitung.
·
Arca
Durga atau Loro Jonggrang
Arca
ini berbentuk seorang wanita bertangan 8 yang memgang bermacam senajata :
cakra, gada, anak panah, ekor banteng, sangkha, perisai, busur panah, dan
rambut berkepala asura. Ia bediri diatas banteng Nandi dalam sikap “tribangga”
(tiga gaya gerak yang membentuk tiga lekukan tubuh). Banteng sebenarnya
penjelmaan dari Asura yang menyamar.
Menurut
metologi ia tercuipta dari lidah-lidah api yang keluar dari tubuh para dewa.
Durga adalah dewa kematian, karenanya arca ini menghadap keutara byang
merupakan mata angin kemarian. Arca ini menggambarkan permaisuri raja Balitung.
·
Candi
Brahma
Luas
dasarnya 20 m2 dan tingginya 37 meter. Di dalam ruangan berdirilah
satu-satunya arca Brahma berkepala 4 dan berlengan 4. Salah satu tangannya
memegang tasbih yang satunya memegang kamadalu (tempat air). Keempat kepalanya menggambarkan
keempat kitab weda masing-masing menghadap arah mata angin. Tasbih
menggambarkan waktu. Pada dinding sebelah dalam terpahat relief lanjutan dari
cerita Ramayana dan relief serupa pada candi siwa hingga tamat.
·
Candi
Wisnu
Bentuk,
ukuran relief dan hiasan dinding luar sama dengan candi Brahma. Di dalam
satu-satu ruangan yang ada berdirilah arca wisnu bertangan 4 yang memegang
gada, cakra, tiram. Pada dinding langkan sebelah kanan terpahat relief cerita
krisna sebagai “avatara” atau penjelmaan wisnu dan baladewa kakaknya.
·
Candi
Nandi
Luas
dasarnya 15 m2 dan tingginya 25 meter. Di dalam satu-satunya ruangan
yang ada terbaring arca seekor lembu jantan dalam sikap merdeka dengan panjang
2 meter. Candra yang bermata tiga berdiri diatas kereta yang ditarik 10 ekor
kuda. Surya berdiri diatas kereta yang ditarik 7 ekor kuda.
·
Candi
Angsa
Candi
ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 m2
dan tingginya 22 meter. Mungkin ruangan ini hanya dipakai untunk kandang angsa,
hewan yang biasa dikendarai oleh Brahma.
·
Candi
Garuda
Bentuk,
ukuran, serta hiasan dinding sama dengan candi angsa. Didalam candi
satu-satunya ruangan yang terdapat arca kecil yang berwujud seekor naga. Garuda
adalah kendaraan wisnu.
·
Candi
Apit
Luas
dasarnya 6 m2 dengan tingginya 16 meter. Ruangan ini digunakan untuk
bersemedi sebelum memasuki candi-candi induk. Karena keindahannya ia mungkin
digunakan untuk menanam estetika dalam kompleks candi prmabanan.
·
Candi
Kelir
Luas
dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 meter. Candi ini tidak mempunyai
tangga masuk. Fungsinya sebagai penolak bala.
·
Candi
Sudut
Ukurannya
sama dengan candi kelir.
Candi-candi Lain Yang Ada Disekitar
Prambanan
·
Candi
Lumbung, Bubrah dan Sewu
Ketiga
Budha tinggal reruntuhan, kecuali candi sewu yang masih bisa dinikmati
keindahannya. Semuanya terletak di candi prambanan.
·
Candi
Plaosan
Letaknya
1 km kearah timur dari candi sewu. Candi ini dibangun pada pertengahan abad 9
masehi oleh rakai pikatan. Kelompok candi plaosan utara terdiri dari2 candi
induk, 58 perwara, dan 126 buah stupa. Kelompok selatan hanya berupa sebuah
candi. Tingkat atas biara untuk tempar tinggal para pendeta Budha dan tingkat
bawah untuk kegiatan keagamaan.
·
Candi
Sojiwan
Letak
candi ini 2 km kearah tenggara percandian prambanan. Sebagian hanya berupa
reruntuhan pada kaki candi terpahat relief cerita binatang yang mengandung
nilai-nilai filsafat.
·
Candi
Boko (Kraton Ratu Boko)
Letaknya
3 km kearah selatan dari percandian prambanan. Berdiri diatas bukit kidul yang
merupakan lanjutan dari pegunungan seribu dengan pemandangan alam nan permai
disekitarnya. Diperkirakan Balaputera Dewa dari dinasti Syailendra yang beragam
Budha mendirikannya pada pertengahan abad 9 masehi sebagai benteng pertahanan
strategis terhadap rakai pikatan. Menurut legenda disinilah letak istana Ratu
Boko (ayah Roro Jonggrang).
·
Candi
Bnyunibo
Candi
ini terletak 200 meter ke tenggara dari candi boko, berdiri diatas sebuah
lembah. “banyu” berarti air, “nibo” berarti jatuh atau menetes. Keduanya
mempunyai makna yang puitis bagi lingkungan masyarakat jawa. Candi budha ini di
dirikan pada abad 9 masehi.
·
Candi
Sari
“sari”
berarti indah atau cantik, sesuai bentuknya yang ramping. Mungkin karena
keindahannya yang menarik perhatian ia dinamakan demikian. Puncak atasnya
berhiasan 9 stupa yang sama sebangun dan tersusun dalam 3 deret. Di bawah
masing-masing stupa terdapat ruangan-ruangan bertingkat 2. Biara Budha yang
dibangun pada abad 8 masehi ini terletak pada sisi kiri jalan Jogja-Solo, masuk
500 meter kearah utara. Panjang 17,32 meter dan lebar 10 meter.
No comments:
Post a Comment